PHP (Lagi)
Monday, March 07, 2016
Awal
bulan februari ini gue mengambil keputusan sulit. Dengan menimbang,
memperhatikan, dan akhirnya memutuskan untuk membeli nomor HP. Gue ambil
keputusan ini dengan alesan karena terlalu sering di hubungi nomor baru yang gak
jelas di nomor lama gue.
Efeknya
gue pun menjadi lelaki yang rentan sekali terkena wabah baper. Gue bukan tanpa
alesan menjadi lelaki baperan. Jujur, sampe saat ini gue masih belum dikaruniai
anak. Yaiyalah! Nikah aja belum... haha
Maksudnya
itu gue masih menjadi pengacara alias pengangguran banyak acara yang sedang
berjuang mencari pekerjaan. Sebagaimana pengangguran pada umumnya gue pun ikut
mengirimkan surat lamaran ke berbagai perusahaan dengan harapan tentunya bisa
di terima dong.
Jelas,
setelah kita (gue) memberikan surat lamaran. Pasti dari pihak perusahaan akan
berkata. “Nanti akan kami hubungi ya mas” atau “Nanti kami tindak lanjuti mas
via telpon ya mas, ditunggu aja?”
Dari
ucapan pihak perusahaan membuat gue memiliki harapan yang tinggi agar bisa
diterima di perusahaan tersebut. Bukan begitu?!
Nah
disinilah mulai timbul harapan-harapan dari dalam diri gue. Setiap ada yang
nelpon dengan nomor baru. Gue langsung mikir ini adalah nomor perusahaan yang
gue tuju, akan tetapi harapan itu musnah seketika karena yang menghubungi gue
hanya keluarga, temen dan yang lebih nyakitin orang iseng. DAMN! Untuk orang
yang terakhir.
Masalahnya
nomor gue udah tersebar luas kemana-mana. Apalagi saat gue jualan online, sudah
bisa dipastikan nomor gue tersebar di seluruh grup. Pada waktu itu si jelas gue
senang, karena yang hubungi gue pasti mau berbaik hati memberikan rizkinya ke
gue. Gue senang dan hatipun riang. Namun sekarang beda ceritanya.
Oleh
karena itu, gue dengan mantap mengganti nomor HP untuk gue taro di setiap
lamaran kerja. Namun nomor lama yang terdeteksi jenis cakra indosat tetep gue
gunakan untuk komunikasi dengan temen-temen dan tentunya kenangan yang sudah
terjalin sekitar 4 tahun terlalu sulit untuk dilupakan. Misal klo gue punya
anak mungkin ini masa imut-imutnya jika berumur 4 tahun. Maka dari itu gue
tetep pertahanin, gue masih pengen liat imutnya nomor HP gue yang lama.
Walaupun warnanya sudah mulai pudar. Namun cinta gue tidak akan pernah pudar,
sampai kapanpun. *Aseekkk
Setelah
pertimbangan yang mantap. Gue akhirnya memutuskan untuk membeli nomor baru yang
yang berjenis cakra telkomsel agar tingkat baper gue menurun. Gue juga hanya
memberitahu Ayah, Ibu dan kekasih hati. *Maaf keceplosan ya mblo! haha
Hampir
sebulan menjalin hubungan dengan nomor baru ini. Awal berhubungan gue agak
canggung, Namun lambat laun gue mulai nyaman walaupun harus harus bekerja keras
memberi makan 2 nomor dan 2 HP sekaligus. Tapi namanya udah nyaman, walaupun
hubungan di tentang banyak pihak tetep aja bisa berjalan dan pada akhirnya
bahagia. *Eh ini mah kayak alur percintaan FTV.. haha
Walaupun
demikian, hubungan yang baru seumur jagung. Em lebih tepatnya seumur bayi satu
bulan. Klo seumur jagung itu kira-kira 3 bulan baru bisa di panen. Iya gak?!
Ya,
walaupun baru seumur bayi satu bulan. Masalah pun muncul dan meningkatkan kebapaeran.
Ceritanya
yang gue inget 2 atau 3 hari yang lalu. Saat gue enjoy tiduran di sofa depan.
Tiba-tiba HP gue bergetar di paha gue. Gue hanya menikmati sensasi getaran HP
yang ada di saku celana gue. Oh nikmatnya.
Setelah
menikmati sensasi getaran yang nikmat, gue langsung tersadar bahwa itu cuma
getaran HP. Bukan getaran... Ah sudahlah ya.. hehe
Dengan
sigap dan cekatan gue langsung bergegas mengambil HP di saku celana. Tangan gue
pun masuk dengan lembut mengambil HP. Gue pun melihat di layar ternyata nomor
baru yang muncul di HP Telkomsel. Gue mulai berharap ini nomor perusahaan yang
gue tuju. Seraya berdoa dalam hati dan di dukung jantung yang berdetak lebih
kencang dari biasanya, gue mencoba mengangkat.
“Assalamualaikum
kak?” Ucap penelpon tanpa nama.
“Waalaikumsalam,
ini dengan siapa ya?” Jawab gue dengan hati yang hancur karena gak mungkin
pihak perusahaan manggil gue kakak. Mustahil.!
“Ini
Husnah. Kakak dirumah gak. Husnah mau maen kesana?” Tanya penelpon tanpa yang
ternyata sepupu gue.
“Iya
di rumah. Yaudah kesini aja.” Jawab gue denga muka tertunduk lesu.
“Iya
kak.” Jawabnya langsung menutup telpon.
“Tut...
tut... tut...”
Gue
mulai merenung, padahal niat membeli nomor telkomsel ini supaya gak di ganggu
gugat oleh siapapun. Biar gue gak dikecewakan lagi karena ekspektasi yang
tinggi berharap di hubungi pihak perusahaan dan ternyata bukan. Sialnya lagi,
kejadian ini udah terjadi beberapa kali. Huft!
Memang
benar, “PHP terjadi jika ada seseorang yang berharap lebih”. SALAM SUPER!
[Baca
juga: Telpon PHP]