Cerita Hilangnya MNC Group
Wednesday, August 03, 2016
Hei, semuanya!
Akhir bulan juli kemaren ini gue meresmikan postingan gue
tiap hari #RabuKece. Gak ada alesan nentuin hari si, pengen aja. Kayaknya
letaknya strategis banget. Klo kata syahrini si, hari rabu itu sensasional
creamy. *Bacanya ala princes syahrini, ya! Hihi...
Tapi, tetep aja klo ada sesuatu dan kepentingan, mungkin
bisa beda hari, ya. *Namanya juga manusia, tempatnya salah dan khilaf. Hihi...
Bikin postingan di #RabuKece itu biar kayak penulis
beneran, biar ada deadline nulis gitu. Intinya si semoga gue bisa konsisten
ngeblog, yak! Hehe...
Oke, siap2 ambil kopi, teh atau susu, ya. Cerita ini
bakalan nguras emosi jiwa dan raga lo semuanya. (Jangan) Percayalah! *Tsahh...
* * *
Begini, beberapa hari yang lalu gue dapet info dari salah
satu temen facebook klo stasiun televisi swasta nasional yang dimiliki MNC
Group pindah frekuensi di receiver parabola. Yang gue baca dari facebook sih pindah
dari MPEG-2 ke MPEG-4. Gue juga gak begitu paham dan ambil pusing masalah itu.
Toh gue juga jarang nonton MNC Group. *Maaf ya, Pak Hari Tanoesoedibjo! ^_^
Yang gue paham klo MNC Group itu punya 3 televisi swasta
nasional kayak RCTI, MNC TV dan Global TV. Bener kan, ya? Dan ketiga stasiun
televisi itu dengan sangat misterius hilang di tempat gue. BOOM!
Gue si biasa aja, emang jarang nonton TV. Tapi, beda
cerita sama adek gue. Dia uring-uringan gak jelas kayak orang sakau, bedanya
ini sakau pengen nonton sinetron anak jalanan yang tayang di RCTI. Klo ibu dan
ayah gue salah satu penggemar TBNH. Ya, tukang bubur naik haji. Jadi keluarga
kami (Kecuali gue) penggemar berat RCTI. BOOM!
[Baca Juga: AnakJalanan Bikin Baper]
Sebagai kakak yang baik hati dan rajin menabung di kamar
mandi (Dibaca: suka buang air besar). Gue pun mencari frekuensi MNC Group yang
terbaru. Gue search via google. Bersama ayah dan ibu gue yang sangat antusias
menunggu. Menunggu demi bisa nonton sinetron anak jalanan dan tukang bubur naik
haji.
Mereka fokus sama jemari gue yang dengan lihai memainkan
smartphone. Gue berasa jadi orang pinter, padahal mah cuma ngetik doang di
google. Kadang gue pake suara untuk search di google. Keluarga gue pun makin
tercengang liat gue. Haha...
Bagi keluarga gue yang sedikit kurang melek tekhnologi.
Gue ini udah kayak dewa tekhnologi di rumah. (Jangan) Percalah! *Gue bukannya
sombong, ya! :D
"Yah... Ketemu nih yang RCTI." Ucap gue sambil
membuka beberapa link di smartphone.
"Cepet kak! Cepet kak! Cepet kak!" Rengek adek
gue yang kayak lagi mabok lem aibon.
Gue dengan seksama mulai mengatur receiver parabola rumah
gue. Gue otak-atik dengan gemulai dan... hanya suara yang terdengar. Yups!
Semua kode yang ada di link yang gue ambil dari google udah gue masukkan. Tapi...
Cuma bisa denger suaranya dan layar TV
hitam seperti mati total. Emang yang namanya kode itu susah ditebak,
sama kayak cewek yang sering maen kode. *Malah curhat*
Dengan keadaan seperti itu, adek gue tetep semangat
mendengarkan suara-suara pemain sinetron anak jalanan. Klo gue ganti, langsung
nangis dan ngadu ke Ibu gue. Daripada gue di kutuk jadi jelek sama Ibu gue
sendiri, akhirnya gue mengalah dan membiarkan adek gue tetep nonton RCTI, eh
maksudnya radio RCTI. Hehe...
Tapi karena penasaran, gue akhirnya makin gencar
searching via google dan mendapati fakta mencengangkan. Receiver parabola milik
gue masih MPEG-2 sedangkan MNC Group pindah ke MPEG-4. Intinya apa
saudara-saudara? Intinya punya gue gak bisa dan memang cuma keluar suaranya klo
masih pake MPEG-2. Bakar! Bakar! Bakar!
Malam itu, daripada gue dengerin radio RCTI yang drama
banget pastinya. Gue pun memilih ke kamar (mandi) sambil memikirkan kenangan
bersama seseorang yang nan jauh di mata tapi dekat di hati. *Kembali baper*
* * *
Keesokan harinya saat gue baru pulang dari jalan-jalan, walaupun
cuma dalam mimpi. Gpplah. Biar kekinian, bro!
Gue denger obrolan santai Ibu dan Ayah gue di ruang tamu.
Gak begitu jelas suaranya sih. Tapi yang pasti beberapa anak tetangga gue
banyak yang nangis. Bukan nangis karena gue jailin atau gue paksa ngisep aibon
bareng-bareng. Bukan kok, mereka nangis karena anak-anak tetangga rumah gue banyak
yang pengen nonton anak jalanan. Iya, gue gak salah tulis kok. Walaupun di
sosial media, sinetron ini di buli habis-habisan. Tapi kayaknya sinetron ini
udah merasuk jiwa raga mereka. Terutama anak SD kayak anak-anak tetangga gue
yang masih labil, yang belum tau kerasnya hidup. *Hidup ini keras, nak!
[Baca Juga: Cilegon,Kota yang Keras!]
Saat itu, gue cuma bisa bilang luar biasa. Luar bisa atas
sebuah fanatisme anak-anak SD yang begitu fanatik dengan sinetron. Ini baru di
lingkungan rumah. Gue yakin di luar sana banyak yang lebih fanatik dengan
sinetron anak jalanan. Luar biasa!
Gue cuma bisa berdoa semoga anak-anak yang nonton
sinetron anak jalanan ini bisa mengambil pelajaran yang baik-baik. Semoga, Aamiin...
* * *
NB: TV boleh kalah dari Youtube, tapi sinetron masih jauh
lebih unggul dari youtube. BOOM!